Askep hipertensi
Indonesia merupakan negara berkembang, dengan jumlah
penduduk yang tinggi dan masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara
berkembang masalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang masih tidak merata.
Disamping itu
tingkat kesadaran masyarakatnya akan kesehatan masih sanggat rendah tidak
jarang suatu penyakit timbul tanpa disadari oleh penderitanya. Banyak
faktor yang mendukung terjadinya suatu penyakit seperti faktor usia, jenis
kelamin, gaya hidup dan keturunan. Dari faktor pendukung tersebut salah satu
penyakit yang dapat timbul adalah hipertensi.
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan
abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120
mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90
mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997).
Kriteria dan Klasifikasi
Hipertensi :
WHO (World Health
Organization), memberikan batasan tekanan normal adalah 140/90 mmHg.
Tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin.
NM. Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam), memberikan batasan
dengan membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut :
a.
Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi
apabila tekanan darah pada waktu berbaring ³ 130/90 mmHg.
b.
Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi
apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg.
c.
Pada wanita tekanan darah ³ 160/95
mmHg, dikatakan hipertensi.
d.
ahli penyakit dalam lain, Gordon H Williams,
mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut.
Tensi Sistolik :
1.
<
140
= Normal
2.
140 -
159 = Normal Tinggi
3.
>
159
= Hipertensi Sistolik Tersendiri
Tensi Diastolik :
1.
< 85 =
Normal
2.
85-89 = Normal
Tinggi
3.
90 - 104
= Hipertensi Ringan
4.
105 – 114 = Hipertensi Sedang
5.
>
115 = Hipertensi Berat
National Institute of Health, lembaga kesehatan
nasional diAmerika mengklasifikasikan sebagai berikut :
Tekanan Sistolik :
1.
£ 119
mmHg = Normal.
2.
120 - 139 mmHg = Pra Hipertensi
3.
140 - 159 mmHg = Hipertensi Derajat
I
4.
160
mmHg = Hipertensi Derajat II
Tekanan Diastolik :
1.
< 79 mmHg
= Normal
2.
80 — 89 mmHg = Pra Hipertensi
3.
90 — 99 mmHg = Hipertensi Derajat I
4.
³ 100 mmHg =
Hipertensi Derajat II
2. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak
mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a.
Genetik :
Kasus hipertensi esensial 70% - 80%
diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua
orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua
orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar
menderita hipertensi.
b.
Obesitas :
Pada orang yang terlalu gemuk,
tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantung pun bekerja
ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga
tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi (Suparto, 2000:322).
c.
Stress :
Hampir semua orang didalam
kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini
dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu
keras dan sering kerja lembur).
d.
Gender :
Wanita penderita hipertensi diakui
lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada
laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak
mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria
hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang
nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi
terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria
dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni 1 diantara 5 untuk mengidap
hipertensi (Lanny, Sustrani, 2004:25).
e.
Faktor Usia :
Tekanan darah cenderung meningkat
seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga
semakin besar. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia
40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang
berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari
berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8% - 28,6%
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
f.
Faktor Asupan Garam :
WHO (1990) menganjurkan pembatasan
konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium).
(Sunita Atmatsier, 2004:64)
g.
Kebiasaan Merokok :
Merokok dapat merusak pembuluh
darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar.
Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara
efisien (Iman Soeharto, 2001:55).
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
a.
Hipertensi Esensial (Primer).
Penyebab tidak diketahui namun
banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na,
obesitas, merokok dan stress.
Hipertensi Sekunder. Dapat
diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
3. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh
curah jantung dan tekanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah
jantung dan tekanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan
garam yang tinggi, faktor genetik, stres, obesitas, jenis kelamin, usia,
kebiasaan merokok. Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan
darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai
banyak pengaruh.
Mekanisme terjadinya hipertensi
adalah melalui terbentuknyaangiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin
I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal)
akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan
sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhimya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
4. Manifestasi Klinis :
Manifestasi klinis pada klien
dengan hipertensi adalah :
Peningkatan tekanan darah >
140/90 mmHg
Sakit kepala
Epistaksis
Pusing / migraine
Rasa berat ditengkuk
Sukar tidur
Mata berkunang kunang
Lemah dan lelah
Muka pucat
Suhu tubuh rendah
5. Komplikasi :
Komplikasi yang terjadi pada
hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata
berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal
jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain
kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang
disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering
dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti
pada hipertensi maligna.
6. Proses perjalanan
Penyakit :
Perjalanan penyakit hipertensi
esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi
hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten
berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target
di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30
tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada
pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi
hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan
komplikasi pada usia 40-60 tahun.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
a.
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b.
BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d.
Urinalisa : darah, protein, glukosa,
mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
e.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral,
encelopati.
f.
EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
g.
IUP : mengidentifikasikan penyebab
hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
h.
Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup,pembesaran jantung.
Penatalaksanaan :
1.
Penatalaksanaan Non Farmakologis :
a.
Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b.
Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
2.
Penatalaksanaan Farmakologis :
Secara garis besar terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti
hipertensi yaitu :
a.
Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b.
Mempunyai toksitas dan efek samping yang
ringan atau minimal.
c.
Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d.
Tidak menimbulakn intoleransi.
e.
Harga obat relative murah sehingga
terjangkau oleh klien.
f.
Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
1. Pengkajian
a.
Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas
pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler,
episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan
jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/bertunda.
c.
Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan
kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat,
gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d.
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini
atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
e.
Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang
mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic.
Tanda : Berat badan normal atau
obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f.
Neurosensori
Genjala : Keluhan pening
pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda : Status mental, perubahan
keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker, penurunan
kekuatan genggaman tangan.
g.
Nyeri/ ketidak nyaman
Gejala : Angina (penyakit arteri
koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
h.
Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dari
kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputu dan riwayat merokok.
Tanda : Distress
pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan
(krakties/mengi) dan sianosis.
i.
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara
berjalan, hipotensi postural.
2. Diagnosa Keperawatan
yang Muncul
a.
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
b.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
c.
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala )
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
d.
Potensial perubahan perfusi jaringan:
serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak
terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam
aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung, mempertahankan TD
dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan normal dan frekwensi
jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
1.
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan
manset dan tehnik yang tepat.
2.
Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer.
3.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan
masa pengisian kapiler.
5.
Catat edema umum.
6.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi
aktivitas.
7.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti
istirahat ditemapt tidur/kursi.
8.
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.
9.
Lakukan tindakan yang nyaman sepert
pijatan punggung dan leher.
10.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan.
11.
Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah.
12.
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium
sesuai indikasi.
13.
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai
indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2 :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi
dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam
toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
1.
Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan
menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat.
2.
catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeri
dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan.
(Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan
indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
3.
Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas
contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi,
peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis
pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
4.
Dorong memajukan aktivitas / toleransi
perawatan diri. (Konsumsioksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
peningkatantiba-tiba pada kerja jantung).
5.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan
penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya.
(teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
6.
Dorong pasien untuk partisifasi dalam
memilih periode aktivitas. (Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3 :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala )
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak
meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak
adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
1.
Pertahankan tirah baring, lingkungan yang
tenang, sedikit penerangan.
2.
Minimalkan gangguan lingkungan dan
rangsangan.
3.
Batasi aktivitas.
4.
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan
nikotin.
5.
Beri obat analgesia dan sedasi sesuai
pesanan.
6.
Beri tindakan yang menyenangkan sesuai
indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan
imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4 :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral,
ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan
yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima,
tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas
normal.
Intervensi :
1.
Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat
tidur.
2.
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan;
tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
3.
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai
pesanan.
4.
Amati adanya hipotensi mendadak.
5.
Ukur masukan dan pengeluaran.
6.
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai
pesanan.
7.
Ambulasi sesuai kemampuan; hindari
kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
0 komentar:
Posting Komentar